Yogyakarta, Sabtu (31/08/2024) – Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Yogyakarta menggelar sebuah acara yang sarat dengan nilai budaya dan kebersamaan, yakni nonton bareng Pagelaran Kesenian Wayang Kulit 1 Layar 3 Dalang dengan lakon “WAHYU CAKRANINGRAT”. Pagelaran ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Mahkamah Agung Republik Indonesia yang ke-79, dan diselenggarakan oleh Mahkamah Agung RI.
Pagelaran tersebut diadakan di halaman Gedung Mahkamah Agung dan disaksikan secara daring oleh para pimpinan serta aparatur PTUN Yogyakarta di Ruang Pemeriksaan Persiapan kantor mereka. Acara ini dimulai tepat pada pukul 19.30 WIB dan berlangsung dengan penuh antusiasme dari semua yang hadir, baik secara langsung maupun daring.
Lakon “WAHYU CAKRANINGRAT”: Menghidupkan Kembali Kebijaksanaan Leluhur
Lakon “WAHYU CAKRANINGRAT” yang dipentaskan dalam pagelaran ini bukanlah kisah sembarangan. Wayang kulit, dengan segala kearifan dan simbolisme yang terkandung di dalamnya, menjadi medium untuk menyampaikan pesan moral dan filosofi kehidupan yang mendalam. Dalam lakon ini, “Wahyu Cakraningrat” diceritakan sebagai wahyu atau petunjuk hidup yang mengarahkan manusia menuju kehidupan yang lebih bijaksana dan penuh integritas. Tiga dalang yang tampil malam itu berhasil menghidupkan kisah ini dengan begitu memukau, membuat setiap penonton larut dalam alur cerita dan dialog yang penuh makna.
Kegiatan nonton bareng ini tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, namun juga berfungsi sebagai sarana pelestarian budaya. Wayang kulit, sebagai warisan budaya tak benda yang diakui oleh UNESCO, memiliki peran penting dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai tradisional yang ada di masyarakat. Melalui pagelaran ini, PTUN Yogyakarta berusaha memastikan bahwa tradisi wayang kulit tetap hidup dan dihargai oleh generasi baru, terutama di kalangan aparatur sipil negara yang sehari-hari bergelut dengan hukum dan administrasi negara.
Pengalaman menyaksikan wayang kulit bersama ini juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya. Dalam era modern yang serba digital ini, kegiatan seperti ini menjadi oase yang mengingatkan kembali akan identitas budaya yang harus terus dilestarikan.
Lebih dari sekadar pertunjukan budaya, nonton bareng ini juga menciptakan kesempatan untuk membangun dan mempererat hubungan antara pimpinan dan aparatur PTUN Yogyakarta. Berkumpul dalam satu tempat untuk menikmati pertunjukan bersama, di tengah kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang padat, memberikan ruang bagi para aparatur untuk saling berinteraksi dalam suasana yang lebih santai dan akrab. Ini tentu saja memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mereka.
Dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, para pimpinan dan staf PTUN Yogyakarta dapat merasakan semangat kebersamaan yang jarang didapatkan dalam rutinitas kerja sehari-hari. Momen ini juga menjadi sarana refleksi, mengingatkan akan pentingnya sinergi dan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama, terutama dalam menjalankan tugas-tugas negara.
Secara keseluruhan, nonton bareng wayang kulit ini bukan hanya sekadar hiburan yang dinikmati bersama, tetapi juga merupakan pengalaman budaya yang mendalam. Melalui pagelaran ini, PTUN Yogyakarta tidak hanya berkontribusi dalam melestarikan warisan budaya bangsa, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara aparatur sipil negara. Tradisi wayang kulit yang kaya akan nilai-nilai luhur ini menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, serta memperkaya jiwa dan pemahaman akan pentingnya budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian, acara ini memberikan makna yang lebih dalam daripada sekadar tontonan. Ini adalah wujud nyata dari upaya bersama untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya, sekaligus memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara sesama aparatur negara. Sebuah peringatan HUT Mahkamah Agung RI yang tidak hanya meriah, tetapi juga penuh makna dan sarat akan nilai-nilai kebudayaan.